Minggu, 31 Oktober 2010

Belitung (Billiton) si Pulau Timah

Terus terang, gara-gara pelem Laskar Pelangi, kita, rakyat Indonesia jadi mengenal Belitung. Terima kasih untuk Ibu Mira Lesmana dan Bapak Andrea Hirata... Berkat anda berdua, saya beserta Pasukan Belitung kesampaian juga menikmati indahnya pulau lain di Indonesia (dan bukan melulu melancong ke Bali).

Pimpro traveling kali ini adalah si boncil Maelany. Karena dulunya dia kerja di Dharmawangsa Hotel, makanya kami daulat si centil jadi pimpro sekaligus memanfaatkan paket spesial dari Hotel Billiton. Jadilah kami bersembilan berangkat ke Pulau-nya Laskar Pelangi di bulan Mei 2009.

Perasaan was-was udah dimulai sejak naek pesawat maskapai penerbangan lokal. Pesawatnya mungil nian dan kabin pesawat dengan cat mengelupas disertai baut-baut yang lenyap. Yaaaaah, berdoa dimulai!!!

Untungnya perjalanan ditempuh dalam waktu singkat, 50 menit di atas langit. Dari atas Belitung, terlihat tanah-tanah yang bompal bak muka bekas jerawat karena penambangan timah secara liar. Sayang sekali... Begitu mendarat di Pangkal Pinang, Kang Wahyu dari Hotel Billiton siap menjemput dengan 2 mobil. Oh ya, harga paket tur dari hotel sudah termasuk akomodasi (sharing), kendaraan, tur, boat, alat2 snorkeling dan full board selama kami berada di Belitung 3 hari 2 malam.

Takjub dengan jalan di Pangkal Pinang menuju kota Tanjung Pandan, katanya sih pusat kota Belitung. Wuih, jalannya mulus, aspalnya rata gak bolong-bolong, tebak nama jalannya? Jalan Tommy Soeharto. Konon, jalan ini dibangun atas dana dari si mas Tommy itu... *Wah mas, tolong bangun jalan-jalan yang rusak di Indonesia juga dong, tapi gratis* Sampai di Tanjung Pandan, kotanya kecil, ada mall juga loh. Jangan kebayang mall Plaza Senayan atau Grand Indonesia. Mall di Tanjung Pandan itu adalah mini market! Huahaha, kami langsung ketawa serempak waktu ngelewatin "mall" yang letaknya deket banget ama Hotel Billiton.

Hotel Billiton, replika dari Dharmawangsa yang di Kebayoran Jakarta. Hotelnya mungil, bersih, kamar mandinya gak bikin bergidik. Kamipun berbagi kamar, saya sekamar ama si pimpro. Erix, Cris dan Noviyan harus hompimpah siapa yang kebagian tidur di extra bed. Ternyata Erix, peserta termuda, terpaksa harus mengalah tidur di extra bed. *Emang Cris dan Noviyan paling bisa deh ngerjain anak bawang*

Pak Honcong
Lapeer... Kalau laper di Belitung, gak boleh ngelewatin Pak Honcong. Pokoknya harus mampir kesana. Letaknya di Tanjung Kelayang. Sambil nunggu keluarganya Pak Honcong masak, kami foto-foto di pantai. Wuiiiih, pasirnya putih, halus kayak terigu! Cantiiiiik banget! Dengan tebaran batu-batu besar menongol di tengah laut, membuat kami menjerit takjub... Gak rugi ke Belitung!!! Dengan perut keroncongan, kami satu-satunya grup tur yang ada di restoran Pak Honcong, langsung menyikat habis seafood. Cobain kuah asam ikannya, enaknyaa, kuahnya asam pedas segar dengan irisan nanas. Cuminya juga gendut-gendut.

Mr. Park
Tadinya ada satu orang lagi mau ikut ama kami, namanya Mr. Park, orang korea, umurnya 50+ taon. Ya elah, saya bingung tuh, kalau ada apa-apa ama si engkong satu ini, siapa yang mau kasih nafas buatan? *Mungkin Lily ya, secara dia yang ngajak si engkong* Tapi Mr. Park takut naek maskapai itu, batallah dia ikut. Jadi uang yang udah dia setor, gak bisa balik, alhasil kami dapat boat yang besaaar dan cantik! *Terima kasih Mr. Park, kalau anda seimut Rain atau Li Min Ho, pasti saya belain mati-matian supaya gak batal, mungkin sekalian kita bikin sesi foto ama penduduk, siapa tau laku*

Island Hopping
Laut bulan Mei cukup tenang, jadi gak perlu minum antimo untuk melakukan island hopping di Belitung. Target kami adalah Pulau Garuda, Pulau Burung dan Pulau Lengkuas. Kami mencoba snorkeling di sekitar Pulau Garuda. Aduh ikan Belitung perlu tambahan gizi dan fitness, soalnya ikannya kecil-kecil dan jenisnya sedikit, coralnnya banyak yang mati. Di tengah-tengah mencari ikan-ikan yang lebih besar, tiba2 Mersy menjerit! "Ada landak laut, disini, cepetan!!!" Dengan mengerahkan tenaga kuda, saya berenang ke arahnya. Di tengah perjalanan, saya teriak ke Cris,"Ke arah Mersy, dia nemu landak laut, cepetan!!!" Cris pun berenang seakan ada mesin motor di pantatnya.... Sesampai deket Mersy, saya langsung melihat ke dasar laut... Ternyata itu sih bulu babi!!! Mersy kecele, Cris kecewa berat, saya cekikikan...

Masih berbekal makan siang Pak Honcong, (Pak Honcong emang hebat dah, bisa take out juga), kami mampir di Pulau Burung. Ikan, udang, cumi segar ayng udah dibumbui, semuanya dibakar langsung! Ada rombongan fotografer bule-bule di pulau ini, beda tur, tapi mereka makannya nasi box. *Kaciaaan deh, kalah ama kantong lokal*. Tapi begitu mereka selesai makan dan siap berburu foto, kami juga siap memotret Pulau Burung, eh gantian kami yang jiper. Kamera mereka segede gaban dengan lensa sepanjang hidung pinokio - kami cuma punya pocket camera yang bunyinya citrek citrek dengan zoom yang pas2an... Selangkah demi selangkah kami melipir, menjauh dari gerombolan bule itu.

Semua pantai di Belitung memang patut diacungi jempol. Pasir putih, nyiur hijau berdansa diiringi debur ombak yang memecah batu-batu besar mencuat di tengah air yang biru jernih... dan belum banyak turis datang ke tempat ini, jadilah liburan ini serasa surgawi di tanah Belitung. Waktu di Pulau Lengkuas, ada juga rombongan (tepatnya cuma 3 orang kaum hawa) sedang berjemur, jadilah Pulau Lengkuas kami jajah habis-habisan. Cewek-cewek itu langsung menyingkir karena kami berisik banget! Sayang sekali kami gak bisa naek ke mercu suar. Katanya pemegang kuncinya lagi pulang kampung. *Halah, bukannya pulang kampung pas Lebaran aja?*

Tanjung Tinggi - tempat syuting Laskar Pelangi
Di tempat inilah, tercipta gerakan-gerakan syuuuur ala Sports Illustrated, FHM dan Playboy. Pose-pose seronok, panas nan lucu dibalut bikini dan swimwear - walaaah, gak ada matinya! Andre yang gak mau kalah, langsung juga berpose ala kodok mati - aduh sumpah, mirip banget! Disini juga kami menemukan lagoon. Airnya hangat dan bening, pasirnya halus seperti bedak, dikelilingi bongkahan batu sebesar jin tongtong, benar-benar serasa kolam renang alami milik pribadi. Saya yang biasanya ogah berenang di laut, malah nyemplung dan bergaya ikan duyung. Gak ada orang lain selain gerombolan kami disitu. Akhirnya Noviyan tercapai juga foto ala James Bond, dikelilingin perempuan berbalut baju renang. Aah, liat deh fotonya, Noviyan senyumnya puas banget! Tapi raja dan ratu narsis gak ada yang bisa ngalahin Maelany dan Erix, untungnya Cris sabaarr sekali menangani 2 mahluk haus foto itu. *Untung udah jaman digital camera, kalau masih yang pakai rol, bisa habis 10 rol buat mereke berdua doang*

Maen Gapleh
Terinspirasi dari Laskar Pelangi, dimana gapleh itu jadi mainan rakyat setiap hari ditemani kopi pahit Belitung, maka kami pun mencari warung kopi plus gapleh sebagian dari entertainment di malam hari. Ketemu warung kopi deket hotel... Berbaur dengan tukang ojek yang wajahnya seram-seram, kami gak berani minta tambahan meja. Akhirnya sempit-sempitan, kami berdelapan maen gapleh. Tukang ojek itu semuanya ngetawain kami, maen gapleh kok berdelapan! Biar lah, sirik aje... yang penting kan gaya kalau ditanya ama temen-temen. *Pokoke maen gapleh di Belitung udah kami coba deh!" Ternyata di Belitung, gapleh dan kopi adalah 2 hal yang tidak bisa diceraikan. Tapi emang para perempuan Belitung gak ada yang maen gapleh sih, cuma laki-laki bermuka sangar aja yang jago banting-banting kartu, 'bletaaak bletaaak' mantap bunyinya. Sementara, pas kami banting kartu, bunyinya cuma 'plaak' lirih, dan yaaa kartunya jatuh ke lantai.... *Takdirnya maen cangkulan, bukan gapleh*

Pantai Perawan: Pantai Lada
Muka kami sumringah begitu Kang Wahyu menawari kami ke Pantai Lada. Kenapa dinamai Pantai Lada? Karena perjalanan kesana masih off road, off jalan Tommy Soeharto...dan melewati kebun lada. Ooooo... Lantas kenapa masih perawan? Karena Kang Wahyu baru nemu pantai itu 2 hari sebelum kami sampai. Wow. Mata kami langsung membelalak dan kepala mengangguk semangat, ayo kita ke Pantai Lada! Bener aja, jeep kami terguncang-guncang membabat pohon lada di kanan kiri. Yovie tour guide merangkap supir, kewalahan melalui medan berat ini, langsung bang Noviyan turun tangan dan menyupiri jeep. Yovie cengengesan, lega melepas jeep berat itu ke tangan Noviyan. Brung brung, badan jeep menggerus kebun lada, membuat kami menjerit-jerit. "Ada orang hamiiilll, pelan-pelan nyetirnyaaaaa!!" Emang beneran Sandra sedang hamil muda, dia duduk di depan bareng Andre, pas dilihat dari kaca, mereka anteng aja walau ikut ajrut-ajrutan. Sesampai di Pantai Lada, speechless.... Pantainya sepi, cuma milik kami seorang. Mencari timah di sela-sela pasir, bersandar di batu besar, menyusuri bibir pantai, berenang bersiramkan mentari yang cerah dengan awan biru berarakan....

Tukang Sekoteng
Setelah kami satroni 2 malam berturut-turut, tukang sekoteng pun rasanya pindah tempat, gak mau jualan di depan ruko yang sama. Si abang pasrah aja waktu dagangannya kami obrak abrik. Centong jahenya kami ambil, belom lagi pas mesen banyak aturannya dan gak pakai siaran ulangan. "Bang, beli sekoteng 9 gelas, 2 gak pakai susu, 1 gak pakai roti, 3 gak pakai pacar cina, 2 gak pakai kacang tabur, 1 lengkap, cepetan!!!"

Kelenteng Cina
Letaknya di sebelah Hotel Billiton, masuknya pun lewat hotel. Suasananya... Hiiiiy, jangan ditanya. Bikin bulu kuduk (dan bulu-bulu lainnya) merinding dan menjengit. Warna merah bercampur bau hio menghiasi kelenteng ini. Terawat dan bersih. Saya ngebayangin pocong cina yang loncat-loncat di sekeliling kelenteng ini. Gak pakai lama, kami pun ngibrit pulang, naik mobil, cabut ke airport.


Saya tidak mengira Belitung secantik, sebiru, dan sehijau ini. Saya mengira Belitung hanya onggokan wisata yang dihiperbolakan melalui website dan travel agent. Ternyata... mata membuktikan segalanya berbeda dari asumsi semula. Belitung, mutiara laut yang terpendam, cantik, asli dan indahnya bukan kepalang. Kembali ke Belitung? *Jari saya langsung ngacung. Mau!!!*

Beberapa kilasan tentang Belitung:
  • Bawa sunblock yang banyak karena kerjaan anda di Belitung cuma maen di pantai, berenang, berjemur, balik lagi berenang.
  • Gak usah menuh-menuhin koper ama snacks. Anda bisa beli snacks di mall Belitung hehehe.
  • Jangan lupa bawa sunglasses.
  • Sempat kepikir sih, mau sunbathing topless... tapi gak berani walau pulaunya sepi banget. Kalau suati hari ada yang berani topless dan gak digebukin warga, kasih tahu saya ya.
  • Hotel Billiton adalah hotel yang menyediakan air tawar (bukan payau) untuk keperluan mandi. Servisnya memuaskan walau makanannya tidak se-top Dharmawangsa (iya lah, dari harga aja udah keliatan).
  • Total uang yang saya keluarkan untuk traveling ini: Rp.2,3 juta (udah termasuk tiket pesawat pp dan harga paket tur dari Hotel Billiton, plus beli oleh-oleh).
  • Cobain mie Belitung, terus kasih tahu saya enak atau gak. Karena waktu itu kehabisan :(

Salam Belitung,

Caivin :)








Jumat, 15 Oktober 2010

Ho Chi Minh City, Vietnam

Vietnam. What things came up into your mind when you heard Vietnam? Pho Hoa? Miss Saigon? Ho Chi Minh? Mekong river? Vietnam war?

Well, the first time came up into our mind about Vietnam was... air asia flew directly to HCMC from Jakarta. Yay! So we were planning the trip, interviewed some friends who were interested to go... and here the travellers on board: Ria, Mersy, Wenny, Cen Cen, Helena, Noviyan, Jufe and of course me!

November 27, 2009 we departed from Soekarno Hatta, off to HCMC at 4:35pm, arriving at 7:40pm. Ria almost couldn't go because she's got typhoid fever, oh my, she was my roommate. But at the end, she showed up at the airport with her family. Fiuh! This trip was not a backpacker trip, we all agreed that we didn't want to travel on very low cost budget - which was fine by me hehe... Once we arrived at the HCMC airport, we went to money changer at the airport and each one of us exchanged US$100. Wow, we were suddenly rich!! The car from the hotel picked us up and we checked in to Queen Ann Hotel, 88 Bui Thi Xuan street, Ben Thanh Ward, District 1. The hotel room was not very big, but overall it's clean, it's US$40/ night included breakfast. We booked this hotel online thru http://www.hotels-in-vietnam/. Exhausted? Nooo! We wanted to try pho hoa. Hiyaaa... we were in Vietnam, of course we wanted to have pho hoa. It's the best pho hoa in the world, wasn't it?

We took a walk, only 5 minutes walk from the hotel, found a restaurant on the side walk (reminded me of Pacenongan area in Jakarta) and we all ordered pho hoa! Having had high hopes on delicious pho hoa, uh, dissapointed indeed. The pho hoa all tasteless!!!! But we didn't give up, say to ourselves, we would try again the next day.

28 November 2009, we had breakfast, it's all simple. We tried pho hoa again, it was a bit better than last nite's. at 7:45am we were picked up by the travel agent's van. Now we saw the real Saigon... the city needs thousands of kaizen to fix the cables up there, seriously... But Saigon is much cleaner than Jakarta!!!! We gathered at the travel agent office with tourists all over Saigon, paid US$20 per person for a 2 day tour with TNK travel. Oh apparently we hopped in to a big bus, 54 seater I guess. Our tour guide was a funny man. First tourist destination: Cao Dai temple (read: Kao Dai). We witnessed the moment of prayer and chanting priests. They dressed in colorful robes, a symbol of confucianism, taoism, and buddhism. A lot of eyes paiting on the wall, they said that's the symbol of their god. We were not allowed to take pictures on the prayer floor and shoes off.
Imagining Vietnam war, I hate wars. It has never creates good will on people and children on earth. War eliminates hope. Saving Private Ryan was the last war movie I ever saw. Never again watched war movies. Too sad to imagine. Anyway, we were heading to Cu Chi Tunnel (read: Ku Chi). It's underground network of tunnels constructed by Vietnamese fighters during the war. The tunnels contained hospitals, rooms for sleeping, kitchen (yes, kitchen), meeting room. Before entering the darkness of the tunnels, we were brought to the "war art display". Basically the tour guide explained how the Vietcong killed and hid from the Americans. Mersy and Jufe tried to hide in a small tunnel, standing in a hole. They were so brave! I didn't have guts the to try.

Then.... it's time to go inside the tunnel. I decided to stand right behind the guide. Jufe was on the second row, I didn't know who was next... Standing? No way. We had to stoop, crawl and keep breathing at the same time with thin air. Oh no, not enough oxygen for all of us!!! I just couldn't imagine how the Vietcong could ever live in the tunnels. I think the tendency of survival was the key. I took the longest tunnel together with Jufe. He took photos of my butts!!! It was so dark, humid and I felt less air on every step. Btw, all people in the tunnel, no fart please....


Coming out of the tunnel, we joked around who we thought wouldn't survive the tunnel... Ratu Tien, Wawan, Arun among the names we mentioned (sorry guys, no hard feelings please). Apparently Ria did a detour and took the shorter route, she had difficulties in catching her breath... At night we went to have seafood dinner at Ben Thanh market. The taxi was cheap, they used meter too. Supposed to be good. But again, we dissapointed. The waiters were rude, the seafod was so-so, the price was a bit expensive for that kind of seafood. Again, two thumbs up for Indonesian food!!! Shopping at Ben Thanh market was amazing. Lot of cheap stuffs and bargain was a must.


Speaking of crossing the streets in Saigon, it was really a challenge. My friend was saying that, don't bother to waive your hand asking for permission to cross, you won't have a chance to cross at all. He said, just be brave, and cross the street. Ih, you think I have 9 souls like a cat?!? Eventually he was right, we just had to cross the street, run if necessary, don't bother to look left and right, just pretend you have 9 souls and you will be okay and safe.


29 November 2010, got picked up at the same time. Off to My Tho fruit plantations. But the fruits in Indonesia are much sweeter compared to Vietnam fruits hehehe. They served us sweets, nuts and tea. We had lunch at Tortoise island. Our tour guide was annoying, she talked loud and very direct. She recommended this elephant ear fish, she said it's the signature of Mekong river. We believed her. It's tasteless and in Indonesia we called it gurame!! Our gurame could dance, you know... Wenny made a good joke about the fish and its dangerous sticks... The next trip was to Ben Tre to ride on a canoe. Traffic jam on the river!!!! I enjoyed seeing the Vietnamese people joking around, pushed other canoes because of jamming, speaking in language which of course I didn't understand.


We were back to the hotel. Noviyan wasn't impressed with Mekong river trip. Yeah, it wasn't much to see but finally the rain coat was in use (even though the rain stopped after we put it on). After having dissapointments on the food, we determined to eat good food for dinner. So off we went to Quan An Ngon restaurant. It was full, the atmosphere was warm and cozy. We went upstairs and I could say it was so far the best food we tried. After dinner we tried Vietnam coffee. Very unique in a way they brew their coffee. Very strong coffee. I'm not a coffee drinker so I ordered hot chocolate. The girls went shopping too. Saigon is also developed into metropolitan city. A lot of stores gave the girls a natural GPS system hahaha.


30 November 2010, it was Monday and our last day in Saigon. We decided to go around the city on our own, without a tour guide. With the map on our hands, we hang out around Saigon. First stop was the Notredame Cathedral. It was a beautiful church, some of us prayed while the others (again) took pictures. Next stop was the post office, very close to the church. Post office was clean and neat and tasted very old French.


Saigon is ex French colonial, perhaps other cities in Vietnam too. The good thing about Saigon, the government took care of the old buildings. I could sense the French smell on the buildings, monuments, streets and heck, they were in good maintenance. Unlike Jakarta... we destroyed the old buildings and the heritage, too bad.


We also went to the War Remnant Museum. I forced myself to see the pictures. They were horrible. I told you I hated wars. After the war museum, we were heading for lunch. Noviyan found Lemon Grass (4 Nguyen Thiep Street, District 1). Make sure you try "chicken sautee with chilli and lemongrass, sooo yummy!!! After lunch we still had time to go to Ben Thanh market to spend the rest of our money hehehe. Back to the hotel, we took shower, weighed our suitcases (Wenny was panic of overweight) and check out. Btw Ria didn't join the last day of city tour because she was sick so she stayed in the whole day in the hotel room. Before going to the airport, we had time to grab the best sandwich (and the cheapest) in the world!!! Just a corner from our hotel.


Air asia without a delay, it's not air asia then. Our flight got delayed for almost 2 hours. The immigration officer hit on Cen Cen, poor her, she almost couldn't get out from Vietnam because that guy liked her so much. We had dinner at the airport and had our last "kampai"...


Total spending on the trip is about US$300 per person (including air ticket, tour, meals and souvenir).


Some notes on Saigon:

  • Ask your friends around when you plan your trip, find the nice hotel, travel agent etc. Because we had problem with our travel agent. So we had to switch.

  • Try to stay in District 1, the busiest district in Saigon. It makes you easy going around the city.

  • Should grab local people for food culinary. Because we had no idea where to find good food.

  • Try the night life in Saigon. Lush or Q Bar - I heard they are good clubbing spots.

  • Be brave in crossing the streets!!!

  • No need to bring a lot of money, the exchange rate makes you an instant millionaire hehehe... they sell cheap stuffs at Ben Thanh market.

  • The hotel took our passports but I guess that's normal. They returned them upon check out.

  • Wish I had more time so I could visit Hanoi. Maybe next time :)

Jalan-jalan ke Teluk Kiluan (a.k.a. Kiluan Bay)

1 Oktober 2010 adalah hari bersejarah untuk kami berduabelas. Pasukan Kiluan. Setelah meneguhkan iman dengan ribuan email selama sebulan terakhir, berangkatlah kami menuju Teluk Kiluan di sebelah selatan Lampung dengan berkendara elf dan ditemani oleh Pak Daru sebagai supir.

Mattel East Plant, jam 17:45 menjadi saksi yang sama sekali tidak bisu (secara banyak banget yang tahu kami mau berangkat!) Cuma 10 orang yang masuk ke elf karena masih harus menjemput Shinta yang nunggu di Komdak dan Aris di Bandar Lampung. Seperti biasa, Cikarang macet minta ampun. Di perjalanan, kami berusaha menghemat waktu dengan makan malam di elf dengan nasi bakar Daun Pisang dan ranjau-ranjau petenya... aduh mak mana gelap pula, gimana petenya mau keliatan? :P

Setelah muter SCBD 2 kali, akhirnya ketemu juga Shinta. Emang dasar nasib, kutukan Shinta membuat ac di elf langsung mati begitu dia masuk mobil dengan tas segede jin tongtong. Elf langsung meluncur ke Merak dan sampai di Merak jam 21:45. Merak yang semerawut. Sempat disuruh pindah dari Dermaga 1 ke Dermaga 2, tanpa petunjuk yang jelas... oh Indonesiaku... Untuk mengusir panas, semua keluar dari elf dan langsung dengan noraknya membajak landrovers yang sedang parkir di sebelah dan ... ya berfoto-foto. Secara landrovers itu full ac dan ada GPS segala *OMG, we're soooo jealous*

1,5 jam berlalu, ferry Victorious 5 pun merapat. 11 Pasukan Kiluan langsung merangsak di VIP class dengan biaya tambahan Rp.30,000 per orang. Murah banget! Kursi yang nyaman, ac yang dingin, ada free dvd (cina ngamuk di film IP Man 2), dan toilet yang jorok (hhhmppff, biasa kan?). Sekitar 23:30 ferry berangkat dan kami langsung zzzz ditemani cina ngamuk (kenapa sih dvdnya gak dimatiin aja yaaa?)... Perjalanan ferry dari Merak ke Bakaheuni sekitar 2 - 2,5 jam.

Bakaheuni, 1:30 pagi, 2 Oktober 2010, dengan penumpang terkantuk-kantuk (gara-gara antimo), elf langsung menuju ke rumah Aris, sang pimpro utama. Tedjo dan Bram sepertinya menemui kesulitan mencari SMP 2 dan SMP 2 Filial sebagai patokan. Saya sih tertidur selama perjalanan jadi gak sempat tuh dengar pertikaian 2 kubu itu. Rumah Aris pun ketemu. Ternyata Aris itu ngaku aja sebagai konsultan, padahal kerjaan aslinya motong rambut, ahli creambath, tukang manikur di salon rumahnya di Lampung... *sok banget katanya ke Lampung ketemu klien, maksudnya klien yang mau sanggulan?*

Warung Kopi Dunia 2, 6:15 pagi, sarapan pertama di Lampung. Disuguhin mie ayam, nasi uduk, kue lupis, ketan, mpek mpek, bubur ayam, hmmm gak ada matinya deh. Pas dihitung, murah banget, skitar Rp.10,000-15,000 per orang. Cuma Cris aja yang agak maruk, dia habis Rp.25,000 *kecil-kecil makannya banyaaaak, ngalahin Pryo hihihi*

7:30 pagi Pasukan Kiluan meninggalkan Lampung, dengan tujuan Teluk Kiluan. Melewati jalan yang berliku, curam, berbatu, sampai kami harus turun dari elf *ternyata pada takut mati juga, sementara Pak Daru berani banget*. Oh ya kami juga melewati Kampung Bali, rumah penduduknya dihiasi sesajen Bali dan ada pura juga lho!

11:00 pagi sampai juga di gerbang Kiluan. Menyebrang dengan jungkung selama 15 menit ke Pulau Kelapa, tempat kami menginap disana. Saya terpesona dengan pantainya. Lautnya biru bersih tanpa sampah sehingga saya bisa melihat dasar pasir yang putih. Cantik. Di pulau ini tinggallah Pak Dirham (+6281369991340) dengan keluarganya. Jangan mengharap fasilitas bintang lima ya... Rumah panggungnya sangat amat sederhana tanpa fasilitas MCK yang bersih. Tiap kamar disewakan dengan harga Rp.150,000 per malam. Ternyata ada rombongan cina dari Surabaya yang menjadi tetangga kami. Mereka menyewa 2 kamar. Sedangkan Pasukan Kiluan berbagi 3 kamar. Setelah "check in", kami langsung menyantap makan siang (satu kali makan diganjar Rp.15,000/ orang), menunya sederhana, kebanyakan ikan, tapi lumayan enak. Karena namanya pulau Kelapa, tentunya kami sempat makan kelapa segar langsung diambil dari pohon. Bram sebenernya rela banget manjat pohon kelapa, tapi sayangnya gak ada ambulans sih... *lagipula kami masih butuh Bram untuk angkut barang-barang waktu pulang*

Acara selanjutnya, menjelajah pulau Kelapa... Semuanya emang banci kamera, tapi gak ada yang ngalahin narsisnya Harris, ya aloh, dia gak bawa kamera *entah gak punya atau emang males, huh!!*. Jadi dia udah kaul semua fotonya ada di setiap kamera!! Keong racun (Fetri & Angel) juga ditemukan secara tidak sengaja waktu hiking ini *seneng loh melihat mereka bisa tertawa lepas, gak kayak di kantor*.
Setelah hiking selesai, dilanjutkan dengan snorkeling. Riny yang paling siap dengan kostum divingnya, sementara yang lain gak jelas tuh... *topless or bottomless?*
Tapi saya gak ikutan snorkeling, karena baca di facebook, alam bawah lautnya kurang bagus. Akhirnya saya, Cen Cen, Angel dan Shinta mencari kerang dan leha-leha di pantai. Pasirnya halus seperti bedak mirip dengan pasir di Belitung. Pantai Kiluan juga cantik, airnya jernih, ombaknya gak besar, sempat juga melihat ikan berlarian *emang ikan punya kaki?!???*

Karena listrik di pulau terbatas, maka saya memutuskan mandi duluan, dengan nimba air dari sumur... pertama kali nimba air, ternyata memerlukan tehnik dan otot (thanks to Cen Cen and Shinta for being security guards when I was taking shower). Karena kamar mandinya cuma 3, jadi mandinya gantian (atau ada yang mandi bareng hahaha). Setelah semuanya wangi, kami makan malam di rumah panggung. Untuk mengisi waktu luang, seperti biasa kami maen "kuis artis". Emang udah pada tuwir (kecuali keong racun dan Haris kaliii), artis yang disebut: "Renny Jayusman, Neno Warisman, Hari Mukti, Ikang Fauzi, Anna Tairas, Endang S. Taurina..." Ketahuan deh tahun kelahirannya!!! Kami ajak juga tetangga cina itu untuk maen bareng... Gilanya, mereka mau ikutan juga, bedanya mereka nyebutin artis jaman sekarang... *oh my, generation gap*

Bosan dengan maen kuis artis, kami ganti haluan ke "tebak judul film". Dibagi 2 team, sementara tetangga cina udah ogah maen ama kami (mungkin saking barbar nya). Berikut adalah peragaan yang gagal total: basic instinct (Cris), berbagi suami (Shinta), ca bau kan (Harris) dan darah mahkota ronggeng (Mersy). Sumpah, belom pernah denger judul film darah mahkota ronggeng, sampe Mersy bingung memeragakan "ronggeng" itu gimana... *Sepertinya hanya Tedjo dan Tuhan yang tahu film itu*

12 midnight, listrik mulai padam. Pulau gelap gulita. Obat nyamuk dimana-mana. Malam dengan terang bulan ditemani suara alam. Tiba-tiba 1:30 pagi, saya, Cen Cen dan Shinta yang satu kamar, dipaksa bertempur dengan 5 kumbang hutan segede gaban yang masuk ke kamar *ya karena pintu kamarnya dibuka saking pengapnya*... Shinta pun mengusir dengan kekuatan penuh dengan botol aqua kosong sementara saya dan Cen Cen menjerit-jerit. *Salut buat Shinta, ternyata ada gunanya juga diajak*

4:30 pagi, alarm kampret Aris berbunyi dengan nyaring (walau katanya ada alarm lebih kampret lagi, yang nyala jam 3 pagi, alarm siapa tuh??). Semua otomatis bangun (kecuali tetangga cina). Sempat panik karena Tedjo menghilang, kami sempat berpikir apa Tedjo dibawa air laut karena dianggap sebangsa penyu karena dia ketiduran di pantai semalam? Ternyata Tedjo tidur di bale bersama keluarga Pak Dirham. Pasukan Kiluan bersiap berburu lumba-lumba. 6:00 pagi dengan berbekal air mineral dan jelly, kami berangkat dengan 4 perahu jungkung. Satu jungkung harganya Rp.250,000 dan life jacket Rp.10,000/ satuan (bisa disewa di Pak Dirham). Ternyata berburu lumba-lumba itu susah-susah gampang... tapi kami puas bisa melihat ratusan lumba-lumba di laut lepas (bukan di Ancol, walo lumba-lumba disana kayaknya lebih besar).

8:30 pagi, 3 Oktober 2910, perburuan lumba-lumba selesai, kami siap-siap kembali ke pulau Kelapa. Kami diterpa hujan badai. Benar-benar badai di tengah laut. Saya sempat ketakutan, terus terang takut tenggelam. Bram yang satu perahu, sibuk komat kamit berdoa. Air hujan yang pedas serasa akupuntur alami menghujam kulit, aduh sakitnya. Tuhan masih sayang ama kami, satu persatu jungkung mendekati pulau Kelapa. Kami sampai dengan selamat... menggigil tapi selamat. Sisa sari roti, habis dilalap kayak belom pernah ngeliat roti seumur hidup. Setelah mandi, kami sempat sarapan di pulau. Setelah hujan reda, kami "check out" dan pamitan dengan keluarga Pak Dirham.

11:00 pagi, tepat 24 jam setelah satu hari sebelumnya, kami meninggalkan pulau Kelapa. Di tengah laut, jungkung saya mogok, kehabisan bensin katanya. Waduh, pucat pasi deh semua. Setelah dikutak kutik, akhirnya jungkung meluncur lagi di laut menuju gerbang Kiluan. Sesampai disana, eh Pak Daru gak keliatan... ternyata kami lupa ngasih tahu kapan mau kembali ke Lampung. Jadilah kami menunggu Pak Daru dan elf di warung sambil ngopi dan ngegondol gorengan. Untungnya bapak pemilik warung bersedia nengokin Pak Daru yang menginap di rumah temannya di daerah Kiluan ini. *Tedjo, you took the opportunities hihihi*

12:00 teng, kami pulang menuju Lampung. Karena mobil panther milik tetangga cina mogok, kami dipaksa lewat jalan lain. Sama jeleknya jalannya. Lebih jauh pula walaupun lebih cantik karena melewati garis pantai. Tapi lumayan ada hiburan, ada Trio Ngarep Jadi Penyanyi (Bram, Aris, Tedjo) dan puisi dari Harris. Mulai dari lagu pop rock, lagu kebangsaan (mau dibawa kemanaaaa), lagu daerah (manuk dadali), lagu nasional (gugur bunga dan bangun pemuda pemudi). Tedjo dengan lengkingannya membuat Pak Daru gak mau kalah, ikutan nyanyi juga, aduh Tedjo kalau udah nyanyi serasa elf milik sendiri!!! Keong racun dengan manisnya menemani Pak Daru duduk di depan sehingga Pak Daru mesem-mesem terus melihat 2 gadis cantik nan ranum *mangga kaliiiii ranum*.
Sepanjang perjalanan, perjodohan Cen Cen dan Cris terus berlanjut, mulai dari lagu-lagu cinta sampai puisi dari Cris "deru ombak di pantai" dan kata-kata "amazing" dan "cacao" (karena banyak pohon coklat di tepi jalan) - dengan aksen Cinta Laura *Wow, Cris mau belajar jadi expat ya?*

16:30 sampai di Lampung, langsung menuju toko Yen Yen di Jalan Ikan Hiu untuk beli oleh-oleh. Keripik pisang 8 rasa patut banget dibeli, sambal Lampung botolan, kopi Lampung (murah banget Rp.10,500 sebungkus). Rupanya toko Yen Yen ini paling laku se-Lampung, mirip kayak toko Mulia Sari di Cianjur. Setelah puas beli jajanan, Pasukan Kiluan mencari tempat makan untuk mengganjal perut selama di ferry nanti. Sayangnya Bakmi Kodon dan Bakmi Bandar Lampung tutup semua. Akhirnya kami makan di Bakso Haji Sony yang deket Gramedia. Gerimis basah menemani bakmi ayam yang lumayan enak. Ketemu temennya Cen Cen, mereka langsung ngomong bahasa dewa cang ciong hau ce lau kam hin poh an ciaaang... *halah gak ngerti deh artinya apa*

Masih gak mau ketinggalan, mampir dulu di Mpek Mpek 123, metode bungkus, dengan harapan di VIP class bisa pinjam mangkok dan sendok. Siiip banget deh... Sluuurp udah kebayang enaknya makan mpek mpek sambil selonjoran di kursi empuk. Tapiiii, perasaan curiga mulai menusuk waktu mulai memasuki ferry. Ditambah lagi dengan soknya, kami bertanya ke tukang karcis,"Pak, VIP class sebelah mana?" Tukang karcis itu bilang gak ada VIP class, adanya juga AC class Rp.6000/ orang. Begitu Riny bayar karcisnya, kami masuk ke AC class itu, HAH??!?! Gak salah? Terminal 1 Cengkareng masih lebih bagus. Hiks. Harris langsung minta antimo dan muka kami langsung bete semua. Shinta udah gak nafsu ngunyah mpek mpek. Semuanya tidur dengan terduduk dan leher sakit, uuuuuuh... Begitu ferry merapat di dermaga Merak, Bram tiba-tiba menghilang, lenyap tidak berbekas kayak hantu casper (cuma Bram ini bedanya casper kulit gelap). Bram tuh ada-ada aja sih...

3:00 pagi, 4 Oktober 2010, Pasukan Kiluan tujuan Cikarang sampai di rumah masing-masing. Lelah? Pastinya. Senang karena akhirnya bisa ke Kiluan? Iya dong.... Tapi kalau saya disuruh balik lagi kesana, hhmmmmmm gak dulu deh, sampai jalan ke Kiluan diaspal dan Pak Dirham bikin kamar tidur dan kamar mandi yang lebih bersih hehehe... Hayuuu, ada yang mau jadi investor di Kiluan???

Sekian catatan perjalanan kami berdua belas. Berikut adalah tips kalau ada yang mau ke Kiluan:
  • Berdoa sebelum berangkat (moga dapet ferry yang bagus dan mobil tidak jatuh ke jurang hehehe, gak ding, ya doa aja supaya selamat kan?)
  • Siap-siap pantat menjadi kotak, karena total perjalanan kami 28 jam bolak balik (Cikarang-Kiluan-Cikarang).
  • Bawa snacks sebanyak-banyaknya, air mineral botol besar dan perlengkapan (sun block, lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, kantung sampah plastik, emergency lamp, lampu senter, tissue). Bawa tambang plastik buat gantung handuk.
  • Kalau punya snorkel pribadi mendingan dibawa juga, karena Pak Dirham belum punya snorkel yang bisa disewain ke turis.
  • Matikan lampu atau senter waktu tidur atau tutup pintu kamar kalau gak mau diserang kumbang hutan.
  • Jangan buang sampah sembarangan! Karena ada sisi lain dari pulau Kelapa yang isinya sampah, sayang kan pantainya ternodai??
  • Last but not at least...Pergilah ke Kiluan bareng-bareng, jangan cuma berdua doang, pasti garing. This island is not for honeymooners

Salam Kiluan,

Caivin :)

Sabtu, 03 April 2010

New York, New York (part 1) - ditakut-takutin

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar Manhattan, New York? Times Square yang padat? Patung Liberty yang menjulang? Kota yang penuh dengan beragam orang sehingga disebut the melting pot? Carrie Bradshaw? Friends?

Yang pertama saya pikirkan ketika saya mendengar kata New York City, New York... Saya jatuh dari kursi di kantor. Hampir gak percaya membaca email yang menyatakan kalau saya mendapatkan beasiswa dari US State dept untuk tinggal di New York City (NY) selama 3 bulan! Mimpi kali yeee. Setelah yakin kalau ini bukan mimpi, saya mulai ngumpulin informasi mengenai NY dengan nanya sana sini ama beberapa temen yang udah pernah kesana.

Alhasil... jawaban-jawabannya bikin merinding. "Don't ever go to the Bronx, you will get into trouble" - ini yang paman saya bilang. Temen yang laen bilang "Only ask old people when you get lost. Don't go out after 9pm. Get your keys before you are ready to enter your apartment." Lah iya, kalo gak, gimana bisa masuk? Ada lagi yang lebih ekstrem, jangan jalan-jalan malem di Central Park, nanti diperkosa. Halah!

Alhasil kedua, saya jadi parno begitu saya menginjakkan kaki dan 2 koper segede jin di Penn Station (Amtrak train yang membawa saya dari Washington DC brenti di stasiun ini). Saya dengan tinggi dan berat badan seadanya, mengangkat 2 koper yang beratnya seampun-ampun, celingukan di dalem amtrak. Mana red cap service (semacam porter yang bantuin angkat koper disana, pakai topi merah), yang disebutin di websitenya Amtrak? Akhirnya saya nanya ama seorang penumpang dan jawabannya red cap service cuma ada di business class. Nasib :(

Setelah ngos-ngosan ngangkat koper dari platform ke lantai 3 (untung masih musim dingin jadi gak keliatan keringetan, waktu itu di bulan Maret 2008), saya harus mencari papan besar dimana saya dan mentor saya janjian ketemu. Ya ampuuuun, waktu itu pas pulang jam kantor, Penn Station penuhnya sama kayak Stasiun Gambir pas mudik!!!

Saya ketemu juga dengan mentor saya, langsung kami naek taxi di depan 33rd st. WOW. New York! Didalam taxi saya benar-benar kayak orang udik, bentar-bentar nengok ke kiri, ke kanan dengan mata yang membelo dengan kekuatan penuh (maklum mata saya kecil hehe). Didalem taxi pula saya dikasih wejangan ama sang mentor, jangan keluar malem sendirian, kalau ada situasi darurat tepon 911, jangan ngomong ama orang asing. Saya jadi parno lagi. Seburuk itukah NY??? Setelah melewati Times Square yang padat, apartemen saya terletak di midtown, 51st St. dan7th Avenue, namaya Michael Angelo. Setelah check in, ambil kunci, kami disuruh ke gedung sebelah (ternyata hotel dan apartemen sebelahan), apartemen saya di lantai 7 dan nomer 7 (aha, nomor favorit saya!). Apartemen saya bentuknya studio, dengan tempat tidur yang bisa muat 4 orang, satu set sofa dan tv flat screen, kamar mandi yang mungil, dapur juga ikutan mungil dan.... walk in closet! Senangnyaaaa. Kalau orang Indonesia, lemari 3 pintu aja udah cukup buat nampung baju kita ya?

Karena ketakutan keluyuran sendirian malam-malam, maka malam pertama di Manhattan, saya cuma berani jalan ke deli (semacam mini market tapi jual makanan siap saji juga) pas sebelah apartemen, terus pesan salad buat dibawa pulang. Harganya? Buset dah, small salad US$10! Ampiiuuuun mahalnya. Salad ala Indonesia (a.k.a. gado-gado) di pengkolan cuma 4000 perak.... lebih banyak pula porsinya!

Besok paginya, Sabtu, saya sarapan di hotel sebelah (dapet gratis tiap hari, lumayaaaan), saya ke concierge dan minta peta Manhattan. Bapak tua yang baek hati itu memberikan saya peta Manhattan, peta NYC dan peta subway. Jadi gini, Manhattan itu adalah salah satu borough di New York City (4 borough lainnya adalah Brooklyn, Queens, Bronx dan Staten Island). NYC sendiri ada di provinsi New York. Dengan gaya sok-sok an saya berjalan keluar dari hotel lalu terus berjalan mengikuti orang-orang... sambil memegang peta. Baru jalan sebentar, di tabrak... walah saya baru sadar, orang-orang disana jalannya kayak dikejar anjing, cepet banget! Akhirnya saya mepet ke pinggir, takut ditabrak lagi. Tapi setelah 2 minggu di NY, saya gaya jalannya sudah seperti mereka....

Saya pernah mau cari K-Mart. Kata mentor saya, jangan belanja di Macy's atau Bloomingdales - mahal. Saya manut dan cari K-Mart, setelah berjalan 50 menit (dengan kecepatan tinggi), gak ketemu pula. Akhirnya saya menggelesor di satu halte bis, kecapekan. Disitu ada 2 orang nenek sedang ngobrol, nah saya kan gak boleh ngomong ama orang asing, nanya pun hanya ama old people - saya merasa aman dong. 2 nenek itu dengan senang hati nunjukkin saya jalan. Wah ternyata emang ampuh, saya nemuin K-Mart tapi saya gak belanja disana karena maaf aja, saking murahnya, kualitas barang-barangnya kurang gitu bagus. Wadoooh, udah jalan 20 blok bolak balik, kaki pegel, kedinginan, gak belanja pula!

Di suatu malam, saya pulang kerja sekitar jam 5 sore gitu deh, sampe di apartemen sekitar jam 6 (saya pulang pergi kerja jalan kaki melewati 24 blok bolak balik). Bukannya ngirit gak mau naek subway, tapi takut nyasar!!! Sekitar jam 11 malem, saya udah mau jadi sleeping beauty, hp saya berdering. Teman saya, dari Philadelphia ada di lobi! Ya ampun! Saya udah lama banget gak ketemu Edward. Setelah berpelukan ala telletubies di lobi sambil jingkrak kegirangan, saya ajak dia ke atas. Setelah dia beberes, saya ngajakin tidur (bukan tidur bareng lho!) Ternyata Edward ogah bobo malah ngajakin ke Times Square. Hah? Gak takut dirampok, gimana kalo tiba-tiba kita ditusuk atau dompet saya dicopet? Akhirnya dia berhasil menggeret saya keluar malem itu tapi sepanjang jalan, saya pegang lengan dia erat-erat. Takut dirampok, sumpah. Nyatanya, kami jalan-jalan sampe jam 2 pagi, ngelilingin Times Square, nongkrong depan Madisson Square Garden, makan sandwich di deli, terus milih-milih mau nonton broadway yang mana... Nyatanya gak ada rampok, jambret, copet dan sejenisnya. Kami pulang ke apartemen saya tanpa kekurangan satu apapun. Terima kasih Tuhan.

Bronx. Karena tugas kantor, saya harus ke Bronx di suatu minggu pagi. Saya ogah pergi sendirian. Takut. Inilah hasilnya kalo pikiran-pikiran kita udah dihantui ama hal-hal buruk. Jadi bawaannya parno mulu. Untunglah Nicole, temen kantor saya (dia magang dari Hunters College), juga takut. Walah, padahal dia udah bertahun tinggal di Brooklyn. Akhirnya kami sepakat ketemuan di depan subway station di Bronx jam 10 pagi. Untungnya pas saya keluar dari subway, saya langsung ketemu Nicole. Berbekal peta, kami mulai nelusuri jalan-jalan di Bronx, sambil berjanji kalau ada apa-apa kami akan teriak bareng. Di sudut- sudut jalan ada aja gerombolan remaja yang nyetel tape keras-keras, dengan tatapan kurang bersahabat (atau hanya perasaan saya aja?) Nyatanya kami ketemu dengan ibu-ibu yang nunjukkin jalan (walo salah juga sih, bikin kami tambah nyasar), ada juga mahasiswi yang baik hati nganterin kita ke Fordham University. Ternyata dia mahasiswi disana. Sampe acara selese, saya dan Nicole pulang, kami aman-aman aja tuh. Fiuh.

Pesan Sponsor: Di negara orang, kalau kita bertingkah laku sopan, maka mereka juga akan sopan terhadap kita. Di negara manapun, kriminalitas pasti ada, maka dari itu hindari tempat-tempat yang sekiranya akan membuat anda dalam masalah. Berdoalah sebelum anda keluar dari tempat tinggal... pasti kita selalu dilindungi oleh Tuhan :)