Mattel East Plant, jam 17:45 menjadi saksi yang sama sekali tidak bisu (secara banyak banget yang tahu kami mau berangkat!) Cuma 10 orang yang masuk ke elf karena masih harus menjemput Shinta yang nunggu di Komdak dan Aris di Bandar Lampung. Seperti biasa, Cikarang macet minta ampun. Di perjalanan, kami berusaha menghemat waktu dengan makan malam di elf dengan nasi bakar Daun Pisang dan ranjau-ranjau petenya... aduh mak mana gelap pula, gimana petenya mau keliatan? :P
Setelah muter SCBD 2 kali, akhirnya ketemu juga Shinta. Emang dasar nasib, kutukan Shinta membuat ac di elf langsung mati begitu dia masuk mobil dengan tas segede jin tongtong. Elf langsung meluncur ke Merak dan sampai di Merak jam 21:45. Merak yang semerawut. Sempat disuruh pindah dari Dermaga 1 ke Dermaga 2, tanpa petunjuk yang jelas... oh Indonesiaku... Untuk mengusir panas, semua keluar dari elf dan langsung dengan noraknya membajak landrovers yang sedang parkir di sebelah dan ... ya berfoto-foto. Secara landrovers itu full ac dan ada GPS segala *OMG, we're soooo jealous*
1,5 jam berlalu, ferry Victorious 5 pun merapat. 11 Pasukan Kiluan langsung merangsak di VIP class dengan biaya tambahan Rp.30,000 per orang. Murah banget! Kursi yang nyaman, ac yang dingin, ada free dvd (cina ngamuk di film IP Man 2), dan toilet yang jorok (hhhmppff, biasa kan?). Sekitar 23:30 ferry berangkat dan kami langsung zzzz ditemani cina ngamuk (kenapa sih dvdnya gak dimatiin aja yaaa?)... Perjalanan ferry dari Merak ke Bakaheuni sekitar 2 - 2,5 jam.
Bakaheuni, 1:30 pagi, 2 Oktober 2010, dengan penumpang terkantuk-kantuk (gara-gara antimo), elf langsung menuju ke rumah Aris, sang pimpro utama. Tedjo dan Bram sepertinya menemui kesulitan mencari SMP 2 dan SMP 2 Filial sebagai patokan. Saya sih tertidur selama perjalanan jadi gak sempat tuh dengar pertikaian 2 kubu itu. Rumah Aris pun ketemu. Ternyata Aris itu ngaku aja sebagai konsultan, padahal kerjaan aslinya motong rambut, ahli creambath, tukang manikur di salon rumahnya di Lampung... *sok banget katanya ke Lampung ketemu klien, maksudnya klien yang mau sanggulan?*
Warung Kopi Dunia 2, 6:15 pagi, sarapan pertama di Lampung. Disuguhin mie ayam, nasi uduk, kue lupis, ketan, mpek mpek, bubur ayam, hmmm gak ada matinya deh. Pas dihitung, murah banget, skitar Rp.10,000-15,000 per orang. Cuma Cris aja yang agak maruk, dia habis Rp.25,000 *kecil-kecil makannya banyaaaak, ngalahin Pryo hihihi*
7:30 pagi Pasukan Kiluan meninggalkan Lampung, dengan tujuan Teluk Kiluan. Melewati jalan yang berliku, curam, berbatu, sampai kami harus turun dari elf *ternyata pada takut mati juga, sementara Pak Daru berani banget*. Oh ya kami juga melewati Kampung Bali, rumah penduduknya dihiasi sesajen Bali dan ada pura juga lho!
11:00 pagi sampai juga di gerbang Kiluan. Menyebrang dengan jungkung selama 15 menit ke Pulau Kelapa, tempat kami menginap disana. Saya terpesona dengan pantainya. Lautnya biru bersih tanpa sampah sehingga saya bisa melihat dasar pasir yang putih. Cantik. Di pulau ini tinggallah Pak Dirham (+6281369991340) dengan keluarganya. Jangan mengharap fasilitas bintang lima ya... Rumah panggungnya sangat amat sederhana tanpa fasilitas MCK yang bersih. Tiap kamar disewakan dengan harga Rp.150,000 per malam. Ternyata ada rombongan cina dari Surabaya yang menjadi tetangga kami. Mereka menyewa 2 kamar. Sedangkan Pasukan Kiluan berbagi 3 kamar. Setelah "check in", kami langsung menyantap makan siang (satu kali makan diganjar Rp.15,000/ orang), menunya sederhana, kebanyakan ikan, tapi lumayan enak. Karena namanya pulau Kelapa, tentunya kami sempat makan kelapa segar langsung diambil dari pohon. Bram sebenernya rela banget manjat pohon kelapa, tapi sayangnya gak ada ambulans sih... *lagipula kami masih butuh Bram untuk angkut barang-barang waktu pulang*
Acara selanjutnya, menjelajah pulau Kelapa... Semuanya emang banci kamera, tapi gak ada yang ngalahin narsisnya Harris, ya aloh, dia gak bawa kamera *entah gak punya atau emang males, huh!!*. Jadi dia udah kaul semua fotonya ada di setiap kamera!! Keong racun (Fetri & Angel) juga ditemukan secara tidak sengaja waktu hiking ini *seneng loh melihat mereka bisa tertawa lepas, gak kayak di kantor*.
Setelah hiking selesai, dilanjutkan dengan snorkeling. Riny yang paling siap dengan kostum divingnya, sementara yang lain gak jelas tuh... *topless or bottomless?*
Tapi saya gak ikutan snorkeling, karena baca di facebook, alam bawah lautnya kurang bagus. Akhirnya saya, Cen Cen, Angel dan Shinta mencari kerang dan leha-leha di pantai. Pasirnya halus seperti bedak mirip dengan pasir di Belitung. Pantai Kiluan juga cantik, airnya jernih, ombaknya gak besar, sempat juga melihat ikan berlarian *emang ikan punya kaki?!???*
Karena listrik di pulau terbatas, maka saya memutuskan mandi duluan, dengan nimba air dari sumur... pertama kali nimba air, ternyata memerlukan tehnik dan otot (thanks to Cen Cen and Shinta for being security guards when I was taking shower). Karena kamar mandinya cuma 3, jadi mandinya gantian (atau ada yang mandi bareng hahaha). Setelah semuanya wangi, kami makan malam di rumah panggung. Untuk mengisi waktu luang, seperti biasa kami maen "kuis artis". Emang udah pada tuwir (kecuali keong racun dan Haris kaliii), artis yang disebut: "Renny Jayusman, Neno Warisman, Hari Mukti, Ikang Fauzi, Anna Tairas, Endang S. Taurina..." Ketahuan deh tahun kelahirannya!!! Kami ajak juga tetangga cina itu untuk maen bareng... Gilanya, mereka mau ikutan juga, bedanya mereka nyebutin artis jaman sekarang... *oh my, generation gap*
Bosan dengan maen kuis artis, kami ganti haluan ke "tebak judul film". Dibagi 2 team, sementara tetangga cina udah ogah maen ama kami (mungkin saking barbar nya). Berikut adalah peragaan yang gagal total: basic instinct (Cris), berbagi suami (Shinta), ca bau kan (Harris) dan darah mahkota ronggeng (Mersy). Sumpah, belom pernah denger judul film darah mahkota ronggeng, sampe Mersy bingung memeragakan "ronggeng" itu gimana... *Sepertinya hanya Tedjo dan Tuhan yang tahu film itu*
12 midnight, listrik mulai padam. Pulau gelap gulita. Obat nyamuk dimana-mana. Malam dengan terang bulan ditemani suara alam. Tiba-tiba 1:30 pagi, saya, Cen Cen dan Shinta yang satu kamar, dipaksa bertempur dengan 5 kumbang hutan segede gaban yang masuk ke kamar *ya karena pintu kamarnya dibuka saking pengapnya*... Shinta pun mengusir dengan kekuatan penuh dengan botol aqua kosong sementara saya dan Cen Cen menjerit-jerit. *Salut buat Shinta, ternyata ada gunanya juga diajak*
4:30 pagi, alarm kampret Aris berbunyi dengan nyaring (walau katanya ada alarm lebih kampret lagi, yang nyala jam 3 pagi, alarm siapa tuh??). Semua otomatis bangun (kecuali tetangga cina). Sempat panik karena Tedjo menghilang, kami sempat berpikir apa Tedjo dibawa air laut karena dianggap sebangsa penyu karena dia ketiduran di pantai semalam? Ternyata Tedjo tidur di bale bersama keluarga Pak Dirham. Pasukan Kiluan bersiap berburu lumba-lumba. 6:00 pagi dengan berbekal air mineral dan jelly, kami berangkat dengan 4 perahu jungkung. Satu jungkung harganya Rp.250,000 dan life jacket Rp.10,000/ satuan (bisa disewa di Pak Dirham). Ternyata berburu lumba-lumba itu susah-susah gampang... tapi kami puas bisa melihat ratusan lumba-lumba di laut lepas (bukan di Ancol, walo lumba-lumba disana kayaknya lebih besar).
8:30 pagi, 3 Oktober 2910, perburuan lumba-lumba selesai, kami siap-siap kembali ke pulau Kelapa. Kami diterpa hujan badai. Benar-benar badai di tengah laut. Saya sempat ketakutan, terus terang takut tenggelam. Bram yang satu perahu, sibuk komat kamit berdoa. Air hujan yang pedas serasa akupuntur alami menghujam kulit, aduh sakitnya. Tuhan masih sayang ama kami, satu persatu jungkung mendekati pulau Kelapa. Kami sampai dengan selamat... menggigil tapi selamat. Sisa sari roti, habis dilalap kayak belom pernah ngeliat roti seumur hidup. Setelah mandi, kami sempat sarapan di pulau. Setelah hujan reda, kami "check out" dan pamitan dengan keluarga Pak Dirham.
11:00 pagi, tepat 24 jam setelah satu hari sebelumnya, kami meninggalkan pulau Kelapa. Di tengah laut, jungkung saya mogok, kehabisan bensin katanya. Waduh, pucat pasi deh semua. Setelah dikutak kutik, akhirnya jungkung meluncur lagi di laut menuju gerbang Kiluan. Sesampai disana, eh Pak Daru gak keliatan... ternyata kami lupa ngasih tahu kapan mau kembali ke Lampung. Jadilah kami menunggu Pak Daru dan elf di warung sambil ngopi dan ngegondol gorengan. Untungnya bapak pemilik warung bersedia nengokin Pak Daru yang menginap di rumah temannya di daerah Kiluan ini. *Tedjo, you took the opportunities hihihi*
12:00 teng, kami pulang menuju Lampung. Karena mobil panther milik tetangga cina mogok, kami dipaksa lewat jalan lain. Sama jeleknya jalannya. Lebih jauh pula walaupun lebih cantik karena melewati garis pantai. Tapi lumayan ada hiburan, ada Trio Ngarep Jadi Penyanyi (Bram, Aris, Tedjo) dan puisi dari Harris. Mulai dari lagu pop rock, lagu kebangsaan (mau dibawa kemanaaaa), lagu daerah (manuk dadali), lagu nasional (gugur bunga dan bangun pemuda pemudi). Tedjo dengan lengkingannya membuat Pak Daru gak mau kalah, ikutan nyanyi juga, aduh Tedjo kalau udah nyanyi serasa elf milik sendiri!!! Keong racun dengan manisnya menemani Pak Daru duduk di depan sehingga Pak Daru mesem-mesem terus melihat 2 gadis cantik nan ranum *mangga kaliiiii ranum*.
Sepanjang perjalanan, perjodohan Cen Cen dan Cris terus berlanjut, mulai dari lagu-lagu cinta sampai puisi dari Cris "deru ombak di pantai" dan kata-kata "amazing" dan "cacao" (karena banyak pohon coklat di tepi jalan) - dengan aksen Cinta Laura *Wow, Cris mau belajar jadi expat ya?*
16:30 sampai di Lampung, langsung menuju toko Yen Yen di Jalan Ikan Hiu untuk beli oleh-oleh. Keripik pisang 8 rasa patut banget dibeli, sambal Lampung botolan, kopi Lampung (murah banget Rp.10,500 sebungkus). Rupanya toko Yen Yen ini paling laku se-Lampung, mirip kayak toko Mulia Sari di Cianjur. Setelah puas beli jajanan, Pasukan Kiluan mencari tempat makan untuk mengganjal perut selama di ferry nanti. Sayangnya Bakmi Kodon dan Bakmi Bandar Lampung tutup semua. Akhirnya kami makan di Bakso Haji Sony yang deket Gramedia. Gerimis basah menemani bakmi ayam yang lumayan enak. Ketemu temennya Cen Cen, mereka langsung ngomong bahasa dewa cang ciong hau ce lau kam hin poh an ciaaang... *halah gak ngerti deh artinya apa*
Masih gak mau ketinggalan, mampir dulu di Mpek Mpek 123, metode bungkus, dengan harapan di VIP class bisa pinjam mangkok dan sendok. Siiip banget deh... Sluuurp udah kebayang enaknya makan mpek mpek sambil selonjoran di kursi empuk. Tapiiii, perasaan curiga mulai menusuk waktu mulai memasuki ferry. Ditambah lagi dengan soknya, kami bertanya ke tukang karcis,"Pak, VIP class sebelah mana?" Tukang karcis itu bilang gak ada VIP class, adanya juga AC class Rp.6000/ orang. Begitu Riny bayar karcisnya, kami masuk ke AC class itu, HAH??!?! Gak salah? Terminal 1 Cengkareng masih lebih bagus. Hiks. Harris langsung minta antimo dan muka kami langsung bete semua. Shinta udah gak nafsu ngunyah mpek mpek. Semuanya tidur dengan terduduk dan leher sakit, uuuuuuh... Begitu ferry merapat di dermaga Merak, Bram tiba-tiba menghilang, lenyap tidak berbekas kayak hantu casper (cuma Bram ini bedanya casper kulit gelap). Bram tuh ada-ada aja sih...
3:00 pagi, 4 Oktober 2010, Pasukan Kiluan tujuan Cikarang sampai di rumah masing-masing. Lelah? Pastinya. Senang karena akhirnya bisa ke Kiluan? Iya dong.... Tapi kalau saya disuruh balik lagi kesana, hhmmmmmm gak dulu deh, sampai jalan ke Kiluan diaspal dan Pak Dirham bikin kamar tidur dan kamar mandi yang lebih bersih hehehe... Hayuuu, ada yang mau jadi investor di Kiluan???
Sekian catatan perjalanan kami berdua belas. Berikut adalah tips kalau ada yang mau ke Kiluan:
- Berdoa sebelum berangkat (moga dapet ferry yang bagus dan mobil tidak jatuh ke jurang hehehe, gak ding, ya doa aja supaya selamat kan?)
- Siap-siap pantat menjadi kotak, karena total perjalanan kami 28 jam bolak balik (Cikarang-Kiluan-Cikarang).
- Bawa snacks sebanyak-banyaknya, air mineral botol besar dan perlengkapan (sun block, lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, kantung sampah plastik, emergency lamp, lampu senter, tissue). Bawa tambang plastik buat gantung handuk.
- Kalau punya snorkel pribadi mendingan dibawa juga, karena Pak Dirham belum punya snorkel yang bisa disewain ke turis.
- Matikan lampu atau senter waktu tidur atau tutup pintu kamar kalau gak mau diserang kumbang hutan.
- Jangan buang sampah sembarangan! Karena ada sisi lain dari pulau Kelapa yang isinya sampah, sayang kan pantainya ternodai??
- Last but not at least...Pergilah ke Kiluan bareng-bareng, jangan cuma berdua doang, pasti garing. This island is not for honeymooners
Salam Kiluan,
Caivin :)
Ceritanya kalau di tambahin photo-photo mantep tuch....
BalasHapus