Minggu, 31 Oktober 2010

Belitung (Billiton) si Pulau Timah

Terus terang, gara-gara pelem Laskar Pelangi, kita, rakyat Indonesia jadi mengenal Belitung. Terima kasih untuk Ibu Mira Lesmana dan Bapak Andrea Hirata... Berkat anda berdua, saya beserta Pasukan Belitung kesampaian juga menikmati indahnya pulau lain di Indonesia (dan bukan melulu melancong ke Bali).

Pimpro traveling kali ini adalah si boncil Maelany. Karena dulunya dia kerja di Dharmawangsa Hotel, makanya kami daulat si centil jadi pimpro sekaligus memanfaatkan paket spesial dari Hotel Billiton. Jadilah kami bersembilan berangkat ke Pulau-nya Laskar Pelangi di bulan Mei 2009.

Perasaan was-was udah dimulai sejak naek pesawat maskapai penerbangan lokal. Pesawatnya mungil nian dan kabin pesawat dengan cat mengelupas disertai baut-baut yang lenyap. Yaaaaah, berdoa dimulai!!!

Untungnya perjalanan ditempuh dalam waktu singkat, 50 menit di atas langit. Dari atas Belitung, terlihat tanah-tanah yang bompal bak muka bekas jerawat karena penambangan timah secara liar. Sayang sekali... Begitu mendarat di Pangkal Pinang, Kang Wahyu dari Hotel Billiton siap menjemput dengan 2 mobil. Oh ya, harga paket tur dari hotel sudah termasuk akomodasi (sharing), kendaraan, tur, boat, alat2 snorkeling dan full board selama kami berada di Belitung 3 hari 2 malam.

Takjub dengan jalan di Pangkal Pinang menuju kota Tanjung Pandan, katanya sih pusat kota Belitung. Wuih, jalannya mulus, aspalnya rata gak bolong-bolong, tebak nama jalannya? Jalan Tommy Soeharto. Konon, jalan ini dibangun atas dana dari si mas Tommy itu... *Wah mas, tolong bangun jalan-jalan yang rusak di Indonesia juga dong, tapi gratis* Sampai di Tanjung Pandan, kotanya kecil, ada mall juga loh. Jangan kebayang mall Plaza Senayan atau Grand Indonesia. Mall di Tanjung Pandan itu adalah mini market! Huahaha, kami langsung ketawa serempak waktu ngelewatin "mall" yang letaknya deket banget ama Hotel Billiton.

Hotel Billiton, replika dari Dharmawangsa yang di Kebayoran Jakarta. Hotelnya mungil, bersih, kamar mandinya gak bikin bergidik. Kamipun berbagi kamar, saya sekamar ama si pimpro. Erix, Cris dan Noviyan harus hompimpah siapa yang kebagian tidur di extra bed. Ternyata Erix, peserta termuda, terpaksa harus mengalah tidur di extra bed. *Emang Cris dan Noviyan paling bisa deh ngerjain anak bawang*

Pak Honcong
Lapeer... Kalau laper di Belitung, gak boleh ngelewatin Pak Honcong. Pokoknya harus mampir kesana. Letaknya di Tanjung Kelayang. Sambil nunggu keluarganya Pak Honcong masak, kami foto-foto di pantai. Wuiiiih, pasirnya putih, halus kayak terigu! Cantiiiiik banget! Dengan tebaran batu-batu besar menongol di tengah laut, membuat kami menjerit takjub... Gak rugi ke Belitung!!! Dengan perut keroncongan, kami satu-satunya grup tur yang ada di restoran Pak Honcong, langsung menyikat habis seafood. Cobain kuah asam ikannya, enaknyaa, kuahnya asam pedas segar dengan irisan nanas. Cuminya juga gendut-gendut.

Mr. Park
Tadinya ada satu orang lagi mau ikut ama kami, namanya Mr. Park, orang korea, umurnya 50+ taon. Ya elah, saya bingung tuh, kalau ada apa-apa ama si engkong satu ini, siapa yang mau kasih nafas buatan? *Mungkin Lily ya, secara dia yang ngajak si engkong* Tapi Mr. Park takut naek maskapai itu, batallah dia ikut. Jadi uang yang udah dia setor, gak bisa balik, alhasil kami dapat boat yang besaaar dan cantik! *Terima kasih Mr. Park, kalau anda seimut Rain atau Li Min Ho, pasti saya belain mati-matian supaya gak batal, mungkin sekalian kita bikin sesi foto ama penduduk, siapa tau laku*

Island Hopping
Laut bulan Mei cukup tenang, jadi gak perlu minum antimo untuk melakukan island hopping di Belitung. Target kami adalah Pulau Garuda, Pulau Burung dan Pulau Lengkuas. Kami mencoba snorkeling di sekitar Pulau Garuda. Aduh ikan Belitung perlu tambahan gizi dan fitness, soalnya ikannya kecil-kecil dan jenisnya sedikit, coralnnya banyak yang mati. Di tengah-tengah mencari ikan-ikan yang lebih besar, tiba2 Mersy menjerit! "Ada landak laut, disini, cepetan!!!" Dengan mengerahkan tenaga kuda, saya berenang ke arahnya. Di tengah perjalanan, saya teriak ke Cris,"Ke arah Mersy, dia nemu landak laut, cepetan!!!" Cris pun berenang seakan ada mesin motor di pantatnya.... Sesampai deket Mersy, saya langsung melihat ke dasar laut... Ternyata itu sih bulu babi!!! Mersy kecele, Cris kecewa berat, saya cekikikan...

Masih berbekal makan siang Pak Honcong, (Pak Honcong emang hebat dah, bisa take out juga), kami mampir di Pulau Burung. Ikan, udang, cumi segar ayng udah dibumbui, semuanya dibakar langsung! Ada rombongan fotografer bule-bule di pulau ini, beda tur, tapi mereka makannya nasi box. *Kaciaaan deh, kalah ama kantong lokal*. Tapi begitu mereka selesai makan dan siap berburu foto, kami juga siap memotret Pulau Burung, eh gantian kami yang jiper. Kamera mereka segede gaban dengan lensa sepanjang hidung pinokio - kami cuma punya pocket camera yang bunyinya citrek citrek dengan zoom yang pas2an... Selangkah demi selangkah kami melipir, menjauh dari gerombolan bule itu.

Semua pantai di Belitung memang patut diacungi jempol. Pasir putih, nyiur hijau berdansa diiringi debur ombak yang memecah batu-batu besar mencuat di tengah air yang biru jernih... dan belum banyak turis datang ke tempat ini, jadilah liburan ini serasa surgawi di tanah Belitung. Waktu di Pulau Lengkuas, ada juga rombongan (tepatnya cuma 3 orang kaum hawa) sedang berjemur, jadilah Pulau Lengkuas kami jajah habis-habisan. Cewek-cewek itu langsung menyingkir karena kami berisik banget! Sayang sekali kami gak bisa naek ke mercu suar. Katanya pemegang kuncinya lagi pulang kampung. *Halah, bukannya pulang kampung pas Lebaran aja?*

Tanjung Tinggi - tempat syuting Laskar Pelangi
Di tempat inilah, tercipta gerakan-gerakan syuuuur ala Sports Illustrated, FHM dan Playboy. Pose-pose seronok, panas nan lucu dibalut bikini dan swimwear - walaaah, gak ada matinya! Andre yang gak mau kalah, langsung juga berpose ala kodok mati - aduh sumpah, mirip banget! Disini juga kami menemukan lagoon. Airnya hangat dan bening, pasirnya halus seperti bedak, dikelilingi bongkahan batu sebesar jin tongtong, benar-benar serasa kolam renang alami milik pribadi. Saya yang biasanya ogah berenang di laut, malah nyemplung dan bergaya ikan duyung. Gak ada orang lain selain gerombolan kami disitu. Akhirnya Noviyan tercapai juga foto ala James Bond, dikelilingin perempuan berbalut baju renang. Aah, liat deh fotonya, Noviyan senyumnya puas banget! Tapi raja dan ratu narsis gak ada yang bisa ngalahin Maelany dan Erix, untungnya Cris sabaarr sekali menangani 2 mahluk haus foto itu. *Untung udah jaman digital camera, kalau masih yang pakai rol, bisa habis 10 rol buat mereke berdua doang*

Maen Gapleh
Terinspirasi dari Laskar Pelangi, dimana gapleh itu jadi mainan rakyat setiap hari ditemani kopi pahit Belitung, maka kami pun mencari warung kopi plus gapleh sebagian dari entertainment di malam hari. Ketemu warung kopi deket hotel... Berbaur dengan tukang ojek yang wajahnya seram-seram, kami gak berani minta tambahan meja. Akhirnya sempit-sempitan, kami berdelapan maen gapleh. Tukang ojek itu semuanya ngetawain kami, maen gapleh kok berdelapan! Biar lah, sirik aje... yang penting kan gaya kalau ditanya ama temen-temen. *Pokoke maen gapleh di Belitung udah kami coba deh!" Ternyata di Belitung, gapleh dan kopi adalah 2 hal yang tidak bisa diceraikan. Tapi emang para perempuan Belitung gak ada yang maen gapleh sih, cuma laki-laki bermuka sangar aja yang jago banting-banting kartu, 'bletaaak bletaaak' mantap bunyinya. Sementara, pas kami banting kartu, bunyinya cuma 'plaak' lirih, dan yaaa kartunya jatuh ke lantai.... *Takdirnya maen cangkulan, bukan gapleh*

Pantai Perawan: Pantai Lada
Muka kami sumringah begitu Kang Wahyu menawari kami ke Pantai Lada. Kenapa dinamai Pantai Lada? Karena perjalanan kesana masih off road, off jalan Tommy Soeharto...dan melewati kebun lada. Ooooo... Lantas kenapa masih perawan? Karena Kang Wahyu baru nemu pantai itu 2 hari sebelum kami sampai. Wow. Mata kami langsung membelalak dan kepala mengangguk semangat, ayo kita ke Pantai Lada! Bener aja, jeep kami terguncang-guncang membabat pohon lada di kanan kiri. Yovie tour guide merangkap supir, kewalahan melalui medan berat ini, langsung bang Noviyan turun tangan dan menyupiri jeep. Yovie cengengesan, lega melepas jeep berat itu ke tangan Noviyan. Brung brung, badan jeep menggerus kebun lada, membuat kami menjerit-jerit. "Ada orang hamiiilll, pelan-pelan nyetirnyaaaaa!!" Emang beneran Sandra sedang hamil muda, dia duduk di depan bareng Andre, pas dilihat dari kaca, mereka anteng aja walau ikut ajrut-ajrutan. Sesampai di Pantai Lada, speechless.... Pantainya sepi, cuma milik kami seorang. Mencari timah di sela-sela pasir, bersandar di batu besar, menyusuri bibir pantai, berenang bersiramkan mentari yang cerah dengan awan biru berarakan....

Tukang Sekoteng
Setelah kami satroni 2 malam berturut-turut, tukang sekoteng pun rasanya pindah tempat, gak mau jualan di depan ruko yang sama. Si abang pasrah aja waktu dagangannya kami obrak abrik. Centong jahenya kami ambil, belom lagi pas mesen banyak aturannya dan gak pakai siaran ulangan. "Bang, beli sekoteng 9 gelas, 2 gak pakai susu, 1 gak pakai roti, 3 gak pakai pacar cina, 2 gak pakai kacang tabur, 1 lengkap, cepetan!!!"

Kelenteng Cina
Letaknya di sebelah Hotel Billiton, masuknya pun lewat hotel. Suasananya... Hiiiiy, jangan ditanya. Bikin bulu kuduk (dan bulu-bulu lainnya) merinding dan menjengit. Warna merah bercampur bau hio menghiasi kelenteng ini. Terawat dan bersih. Saya ngebayangin pocong cina yang loncat-loncat di sekeliling kelenteng ini. Gak pakai lama, kami pun ngibrit pulang, naik mobil, cabut ke airport.


Saya tidak mengira Belitung secantik, sebiru, dan sehijau ini. Saya mengira Belitung hanya onggokan wisata yang dihiperbolakan melalui website dan travel agent. Ternyata... mata membuktikan segalanya berbeda dari asumsi semula. Belitung, mutiara laut yang terpendam, cantik, asli dan indahnya bukan kepalang. Kembali ke Belitung? *Jari saya langsung ngacung. Mau!!!*

Beberapa kilasan tentang Belitung:
  • Bawa sunblock yang banyak karena kerjaan anda di Belitung cuma maen di pantai, berenang, berjemur, balik lagi berenang.
  • Gak usah menuh-menuhin koper ama snacks. Anda bisa beli snacks di mall Belitung hehehe.
  • Jangan lupa bawa sunglasses.
  • Sempat kepikir sih, mau sunbathing topless... tapi gak berani walau pulaunya sepi banget. Kalau suati hari ada yang berani topless dan gak digebukin warga, kasih tahu saya ya.
  • Hotel Billiton adalah hotel yang menyediakan air tawar (bukan payau) untuk keperluan mandi. Servisnya memuaskan walau makanannya tidak se-top Dharmawangsa (iya lah, dari harga aja udah keliatan).
  • Total uang yang saya keluarkan untuk traveling ini: Rp.2,3 juta (udah termasuk tiket pesawat pp dan harga paket tur dari Hotel Billiton, plus beli oleh-oleh).
  • Cobain mie Belitung, terus kasih tahu saya enak atau gak. Karena waktu itu kehabisan :(

Salam Belitung,

Caivin :)








1 komentar:

  1. Wakakakakaakak.. baca blog ini cekikikan sendiri nih.. hebbat deh lu bisa jadi penulis.. hahahahaha.. so, kapan ke belitung lagiiii???

    BalasHapus